Tuesday 1 January 2013

Ekonomitrika SMA

KONSUMSI DAN INVESTASI

A.   Fungsi Konsumsi
           Jika dikaitkan dengan pendapatan , fungsi konsumsi bisa diartikan sebagai hubungan antara besarnya konsumsi dengan pendapatan .
           Secara umum fungsi  dinyatakan dalam:
           C = a + bY
Dimana:
C    =     tingkat komsumsi
Y    =     pendaptan
a     =     konstanta
b     =     koefisien
           Berdasarkan pola fungsi konsumsi di atas dapat disimpulkan bahwa besarnya konsumsi sangat bergantung pada besarnya pendapatan, artinya jika pendapatan meningkat ada kecenderungan konsumsi juga meningkat.

1.    Hasrat mengkonsumsi atau Marginal Propensity to Consume (MPC)
            MPC merupakan perbandingan antara tambahan konsumsi dengan tambahan pendapatan atau dapat ditulis dengan rumus:
     MPC =
Dimana:
DC    =   tambahan konsumsi
DY   =   tambahan pendapatan
Didalam fungsi konsumsi C = a + bY, maka besarnya MPC = b

2.     Fungsi Tabungan
Pendapatan dimanfaatkan untuk konsumsi dan tabungan, sehingga rumus umumnya Y = C + S
Dimana:
S  = saving atau tabungan
Karena Y = C + S maka S = Y – C
Kalau kita subsitusikan dengan fungsi konsumsi maka:
S    =    Y – C
S    =    Y – (a + bY)
S    =    Y – (a – bY)
S    =    -a + (1 – b) Y
3.    Hasrat untuk menabung atau Marginal Propensity to Save (MPS)
            MPS adalah perbandingan antara tambahan tabungan dengan tambahan pendapatan, atau dapat ditulis dengan rumus:
                   MPS =
       Dimana:
       DS    =    tambahan tabungan
       DY   =    tambahan pendapatan
       Didalam fungsi konsumsi S = -a + (1 – b) Y, maka besarnya MPS = 1 – b
       Karena b = MPC, maka MPS = 1 – MPC atau MPS + MPC = 1
       Contoh:
       Fungsi konsumsi C = 0,8 Y + 10.000
       Dari fungsi konsumsi tersebut, maka besarnya a = 10.000 dan b = 0,8
       b =            MPC = 0,8
       MPS  =   1 – MPC
       MPS  =   1 – 0,8
       MPS  =   0,2
       Fungsi tabungan:
       S   = (1 – b) Y – a
       S   = 0,2 Y – 10.000
       Misalnya besarnya pendapatan = 100.000, maka besarnya konsumsi sebagai berikut:    C         =          0,8. 100.000 + 10.000
                                      C    =    90.000 dan tabungan (S) = 10.000
4.    Average Propensity to Consume (APC)
          APC merupakan perbandingan besarnya konsumsi terhadap pendapatan, yang dapat ditulis dengan rumus:
APC =
Contoh:
Pada pendapatan Rp 2.000.000,00 besarnya konsumsi Rp 1.500.000 maka besarnya APC =  = 0,75.
5.    Average Propensity to Save (APS)
          APC merupakan perbandingan besarnya tabungan terhadap pendapatan, yang dapat ditulis dengan rumus:
APS =
Contoh:
Pada pendapatan Rp 2.000.000,00 besarnya konsumsi Rp 1.500.000 besarnya tabungan Rp 500.000, maka APS =  = 0,25.
Pada pendapatan tertentu maka APC dan APS tertentu jika dijumlahkan sama dengan satu atau APS + APC = 1.
6.    Titik Keseimbangan Pendapatan
          Titik keseimbangan pendapatan atau BEP (Break Event Point) merupakan titik dimana besarnya pendapatan sama dengan besarnya konsumsi.
Syarat dari BEP adalah Y = C
Karena semua pendapatan persis habis untuk konsumsi, maka pada BEP besarnya tabungan = 0 atau S = 0
Contoh:
Fungsi konsumsi C = 0,8 Y + 100.000
Dari fungsi konsumsi tersebut keseimbangan pendapatan (BEP) dapat ditentukan sebagai berikut:
Syarat BEP adalah Y = C
Y                   =   C
Y                   =   0,8 Y +10.000
Y – 0,8 Y      =   100.000
0,2 Y             =   100.000
Y                   =  
Y                   =   500.000
Kurva Y, C dan S
Untuk menggambarkan kurva Y, C dan S perlu dihitung dahulu besarnya C dan S, jika Y = 0 maka C = a,  S = -a
C = 0,8 Y + 100.000
Jika Y = 0 à C = 100.000
Kurva Y, C dan S
Gambar 38
Diketahui:
Y
C
100.000
70.000
200.000
130.000

Diminta:
a.   Tentukan fungsi konsumsi
b.  Tentukan fungsi tabungan
c.   Hitung besarnya MPC
d.  Hitung besarnya MPS
e.   Hitung besarnya APC pada pendapatan 300.000
f.   Hitung besarnya APC pada pendapatan 200.000
g.  Hitung besarnya tabungan jika konsumsi = 100.000
h.  Hitung besarnya koefisien multiplier
i.   Pada pendapatan berapa terjadi BEP
j.   Lukis kurva Y, C dan S
a.   Fungsi konsumsi
    
       
     (C – 70.000) – 100.000 = 60.000 (Y – 100.000)
     C – 70.000 = 0.6 Y – 60.000
     C = 0,6 Y + 10.000
b.  Fungsi tabungan S = 0,4 Y – 10.000
c.   C = 0,6Y + 10.000, maka MPC = 0,6
atau
      MPC  =  
d.  MPS   =   1 – MPC, maka MPS = 0,4
      MPS   =  
e.   Jika Y     =      300.000
      Maka     C   =     0,6Y + 10.000
                   C   =     0,6.300.000 + 10.000
                   C   =     180.000 + 10.000
                   C   =     190.000
      Maka:
      APC   =        
f.   Jika Y = 200.000
      S       =   0,4 Y – 100.000
      S       =   0,4.200.000 – 10.000
      S       =   70.000
      APS  =   0,35
g.  C = 0,6 Y + 10.000
     Jika C = 100.000
     Maka:
     100.000   =    0,6 Y + 10.000
     0,6 Y       =    90.000
     Y             =   
     Y             =    150.000
h.  Koefisien multiplier
K    =    
           =      = 2,5
i.   Keseimbangan pendapatan (BEP) dengan syarat Y = C atau S = 0
     S          =    0,4 Y – 10.000 = 0
     0,4 Y   =    10.000
     Y         =   
     Y         =    25.000
     Keseimbangan pendapatan terjadi pada pendapatan = 25.000
j.   Jika Y = 0, maka C = 10.000
Gambar 39
Contoh:
Fungsi konsumsi
   C = y2 + y + 1
Kecenderungan konsumsi marginal (MPC)
   C’ = dc/dy = y  +  (garis lurus)
Fungsi tabungan
S   =    Y – C
      =    y2 + y – 1 (parabola)
Kecenderungan tabungan marginal (MPS)
s‘ = ds/sd = y +  (garis lurus)
s’ + c’ = 1
Pengganda
k =  =
Titik impas
s = 0 = y2 + y – 1
y2+ + 4x – 32 = 0
(y + 8) (y - 4) = 0
y1 = -8 (tak terpakai)
y2 = 4
c  = 4
Gambar 39. Fungsi konsumsi C = y2 + y + 1

B. Investasi
1.    Pengertian dan Jenis Investasi
Investasi yang lazim disebut juga dengan istilah penanaman modal atau pembentukan modal merupakan komponen kedua yang menentukan tingkat pengeluaran agregat. Tabungan dari sektor rumah tangga melalui institusi-institusi keuangan akan mengalir ke sektor perusahaan. Apabila para pengusaha menggunakan uang tersebut untuk membeli barang-barang modal, maka pengeluaran tersebut dinamakan investasi. Dengan demikian istilah investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran penanam modal atau perusahaan yang akan membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. Pertambahan jumlah barang modal ini memungkinkan perekonomian tersebut menghasilkan lebih banyak barang dan jasa di masa yang akan datang. Adakalanya penanaman modal dilakukan untuk menggantikan barang-barang modal yang lama yang telah aus dan perlu didepresiasikan.
Yang digolongkan sebagai investasi, sebagai berikut:
1.    Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan.
2.    Pengeluaran untuk mendirikan rumah tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan pabrik dan bangunan-bangunan lainnya.
3.    Pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan mentah dan barang yang menjadi dalam proses produksi pada akhir tahun penghitungan pendapatan nasional.
Jumlah dari ketiga jenis komponen investasi tersebut dinamakan invetasi bruto, yaitu meliputi investasi untuk menambah kemampuan memproduksi dalam perekonomian dan mengganti barang modal yang telah didepresiasikan. Apabila investasi bruto dikurangi oleh  nilai depresiasi maka akan didapat investasi netto.
Dewasa ini kegiatan investasi sudah sedemikian populernya didalam upaya meningkatkan perekonomian suatu bangsa. Dalam dunia pendidikan masalah investasi telah dikenalkan kepada guru dan siswa. Namun kenyataan di lapangan banyak yang masih bingung tentang tata cara berinvestasi, khususnya investasi melalui bursa efek. Kebingungan mereka termasuk kebingungan dari calon investor umumnya disebabkan kurang adanya sumber informasi yang menguraikan tentang instrumen investasi.
Investasi mempunyai difinisi sebagai konsumsi yang ditunda sementara waktu dan akan dikonsumsi lebih besar di masa mendatang. Artinya, satu pihak baik perorangan maupun lembaga akan menunda konsumsinya dan membeli instrumen investasi, dan kemudian menjual instrumen investasi dengan adanya tambahan yang dikenal dengan tingkat bunga/capital gain/dividen. Tingkat bunga/capital gain/dividen ini diharapkan lebih tinggi dari tingkat bunga yang berlaku sehingga dana yang dimiliki tidak mengalami penurunan kemampuannya akibat investasi tersebut.
Investasi merupakan suatu bentuk penundaan konsumsi dari masa sekarang untuk masa yang akan datang, yang didalamnya terkandung resiko ketidakpastian, untuk itu dibutuhkankan suatu kompensasi atas penundaan tersebut yang biasa dikenal dengan istilah keuntungan dan investasi atau gain.
Secara umum investasi dapat dikategorikan dalam dua group besar.
·         Real investment, investasi dalam bentuk nyata seperti investasi dalam bentuk properti, investasi komersial, dan lain-lain.
·         Financial investment, investasi terhadap produk-produk keuangan seperti investasi dalam bentuk tetap antara lain, deposito dan obligasi ataupun dalam bentuk yang tidak tetap seperti investasi saham atau sejenisnya.
Ketertarikan orang dalam berinvestasi tergantung dari dana dan skill yang dimiliki, dalam kesempatan ini kita memfokuskan pada investasi secara tidak langsung atau financial investment.
            Investor adalah orang perorangan atau lembaga baik domestik atau non domestik yang melakukan suatu investasi (bentuk penanaman modal sesuai dengan jenis investasi yang dipilihnya) baik dalam jangka pendek atau panjang.
Dalam praktek investasi keuangan dikenal beberapa jenis investor:
·         Hedger, melakukan investasi biasanya untuk tujuan menjaga aset riil yang dimilikinya
·         Spekulator, melakukan investasi untuk tujuan spekulasi atas pergerakan harga yang terjadi, biasanya untuk jangka pendek bahkan one day trading.
·         Arbitrage, melakukan investasi berdasarkan selisih perhitungan yang terjadi atau dapat timbul karena adanya perbedaan tempat, waktu dan kebijakan. Umumnya pada saham atau surat berharga lainnya yang dicatatkan lebih dari satu pasar modal, umum dikenal dengan istilah dual listing.
Berdasarkan sifatnya investor juga dapat dikategorikan dalam tiga tingkatan
·         Risk averse, takut akan resiko, investor denga sifat demikian akan memilih investasi berdasarkan tingkat resiko yang rendah walaupun terkadang dengan konsekuensi keuntungan yang kecil.
·         Risk Medium, proporsional melihat resiko, model sifat demikian akan melakukan investasi dengan resiko sedang dan harapan mendapatkan keuntungan tertentu.
·         Risk Taker, berani mengambil resiko, model ini lebih memilih investasi dengan estimasi keuntungan yang tinggi dengan tidak terlalu memperdulikan konsekuensi resiko yang tinggi juga.

2.  Efisiensi Investasi Marjinal
Berdasarkan kepada jumlah modal yang akan ditanam dan tingkat pengembalian modal yang diramalkan akan diperoleh, analisis makro ekonomi membentuk suatu kurva yang dinamakan efisiensi investasi marjinal (marginal eficiency of investment). Berdasarkan kepada hal-hal yang dihubungkannya, efisiensi investasi marjinal dapat didefinisikan sebagai suatu kurva yang menunjukkan hubungan di antara tingkat pengembalian modal dan jumlah modal yang akan diinvestasikan.
Untuk memperjelas arti konsep efisiensi marjinal dalam Gambar 1 ditunjukkan satu contoh dari kurva efisiensi investasi marjinal (MEI). Sumbu tegak menunjukkan tingkat pengembalian modal dan sumbu datar menunjukkan jumlah investasi yang akan dilakukan.
Gambar 40. Efisiensi Modal Marjinal
Pada kurva MEI ditunjukkan tiga buah titik A, B dan C. Titik A menggambarkan bahwa tingkat pengembalian modal adalah R0 dan investasi I0. Ini berarti titik A menggambarkan bahwa dalam perekonomian dapat dilakukan kegiatan investasi yang akan menghasilkan tingkat pengembalian modal sebanyak R0 atau lebih tinggi, dan untuk mewujudkan investasi tersebut modal yang diperlukan adalah sebanyak I0. Titik B dan C juga memberikan gambaran yang sama. Titik B menggambarkan wujud kesempatan untuk menginvestasi dengan tingkat pengembalian modal R1 atau lebih, dan modal yang diperlukan adalah I1. Dan Titik C menggambarkan untuk mewujudkan usaha yang menghasilkan tingkat pengembalian modal sebanyak R2 atau lebih diperlukan modal sebanyak I2.
Fungsi Investasi
Kurva yang menunjukkan perkaitan di antara tingkat investasi dengan tingkat pendapatan nasional dinamakan fungsi investasi. Bentuk fungsi investasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) ia sejajar dengan sumbu datar, atau (2) bentuknya naik ke atas ke sebelah kanan (yang berarti makin tinggi pendapatan nasional, makin tinggi investasi). Fungsi atau kurva investasi yang sejajar dengan sumbu datar dinamakan investasi otonomi dan fungsi investasi yang semakin tinggi apabila pendapatan nasional meningkat dinamakan investasi terpengaruh. Dalam analisis makro ekonomi biasanya dimisalkan bahwa investasi perusahaan bersifat investasi otonom.
3.    Kurva Permintaan Investasi
Dalam menganalisa penentu investasi, kita memusatkan pembahasan terutama pada hubungan antara suku bunga dan investasi. Hubungan ini penting karena suku bunga (dipengaruhi oleh bank sentral) merupakan instrumen utama pemerintah dalam mempengaruhi investasi. Untuk menunjukkan hubungan antara suku bunga dan investasi, para ekonom menggunakan skedul yang disebut kurva permintaan investasi.
Gambar 41. Investasi Bergantung pada Suku Bunga
Skedul permintaan untuk investasi downward-stepping memplot jumlah dimana bisnis akan berinvestasi dengan masing-masing suku bunga. Setiap langkah mewakili sekelompok investasi: proyek A mempunyai suku bunga yang begitu tinggi sehingga jauh dari angkanya; langkah tertinggi yang dapat dilihat adalah proyek B, seperti ditunjukkan pada sisi kiri atas. Dengan setiap suku bunga, semua investasi maupun laba netto positif akan dijalankan.
Pergeseran dalam kurva permintaan investasi
Kita telah melihat bagaimana suku bunga mempengaruhi tingkat investasi. Investasi juga dipengaruhi oleh kekuatan lain. Sebagai contoh, suatu peningkatan dalam GDP akan menggerakkan kurva permintaan keluar, seperti ditunjukkan dalam Gambar 42
Contoh ini sangat menyederhanakan penghitungan yang harus dibuat oleh bisnis dalam keputusan-keputusan investasi yang sebenarnya. Biasanya, investasi meliputi aliran laba yang tidak seimbang, depresiasi modal, inflasi, pajak dan berbagai suku bunga atas dana yang dipinjam. Pembahasan ilmu ekonomi mengenai pendiskontoan dan nilai kontan ditemukan dalam buku-buku mengenai keuangan dan finansial.
Kita akan melihat nanti bahwa jika harga berubah, suku bunga riil tepat digunakan, yang mewakili nominal atas suku bunga uang yang dikorekasi untuk inflasi.
Gambar 42. Pergeseran dalam Fungsi Permintaan Investasi
Dalam skedul permintaan investasi (DI), pergeseran kurva permintaan investasi merupakan dampak dari (a) tingkat GDP yang lebih tinggi, (b) pajak yang lebih tinggi atas pendapatan modal, dan (c) ledakan eforia bisnis yang didorong oleh antusiasme mengenai prospek-prospek untuk internet.




4.    Fungsi Konsumsi, Tabungan dan Investasi
Gambar 43. Menurunkan Fungsi Tabungan dari Fungsi Konsumsi
Karena S = Y – C, maka mudah untuk menarik fungsi tabungan. Sebuah garis 45o yang ditarik dari titik asal (0) dapat digunakan sebagai alat yang tepat untuk membandingkan konsumsi dan pendapatan secara grafis. Pada Y = 200, konsumsi adalah 250. Garis 45o menunjukkan kepada kita bahwa konsumsi itu lebih besar daripada pendapatan yaitu sebesar 50. Dengan demikian, S = Y – C = -50 lebih sedikit dibanding pendapatan sebesar 100. Dengan demikian,
S = 100 bila Y = 800.
Gambar 44. Fungsi Investasi yang Direncanakan
Untuk sementara, kita akan mengasumsikan bahwa investasi yang direncanakan itu tetap. Investasi itu tidak berubah bila pendapatan berubah, dengan demikian grafiknya hanya sekedar garis horisontal.
Gambar 45. Keluaran Agregat Keseimbangan
Keseimbangan terjadi bila pengeluaran agregat yang direncanakan dan keluaran agregat itu sama. Pengeluaran agregat yang direncanakan adalah jumlah dari pengeluaran konsumsi dan pengeluaran investasi yang direncanakan.
Akhirnya marilah kita cari tingkat pendapatan keseimbangan secara aljabar. Ingatlah bahwa kita mengetahui hal berikut:
(1)   Y = C + I                  (keseimbangan)
(2)   C = 100 + 0,75 Y     (fungsi konsumsi)
(3)   I = 25                        (investasi yang direncanakan

Dengan mensubstitusikan (2) dan (3) kita dapatkan
Y =
Hanya ada satu nilai Y yang memungkinkan pernyataan itu benar, dan kita dapat menemukan nilai itu dengan menata kembali persamaan sebagai berikut:
        Y – 0,75Y    =   100 + 25
       Y – 0,75 Y    =   125
              0,25 Y    =   125
        Y =     =   500
Tingkat pendapatan keseimbangan adalah 500.
Gambar 46. Pendekatan S = I terhadap Keseimbangan
Keluaran agregat akan sama dengan pengeluaran agregat yang direncanakan hanya bila tabungan sama dengan investasi (S = I). Tabungan dan investasi yang direncanakan itu sama ada Y = 500.
Yang secara aljabar ini berasal dari:
              C = 100 + 0,75 Y
Maka     S = 0,25Y – 100
              S = I è 0,25Y – 100  =   25
                                   0,25 Y   =   125     
                                           Y   =  
                                           Y   =   500
DAFTAR PUSTAKA
Adler Haymans,M., 2006, Kemana Investasi? Kiat dan panduan Investasi Keuangan di Indonesia, Kompas Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.
Case dan Fair, 2005, Prinsip-prinsip Ekonomi Mikro, Alih Bahasa Berlian Muhammad SE, Jakarta: Gramedia.
Dumarry, 1999, Matematika Terapan untuk Bisnis dan Ekonomi, Jogjakarta. BPFE.
Evan J. Doglas, 1992. Managerial Economics Analysis And Strategy 4th Edition.U.S.A: Prentice – Hall, Inc.
Hari Wahyono, 2000, Matematika untuk Ekonomi (Fungsi dan Penerapannya dalam Ekonomi). Malang: PPG IPS dan PMP.
Johanes, H., Budeono, S.H., 1983, Pengantar Matematika untuk Ekonomi, Jakarta: LP3ES.
Nichalson, W, 2002, Mikro Ekonomi Intermediete, Alih Bahasa Ign Baya Mahendra, Jakarta: Erlangga.
P.A. Samuelson, W.D. Nardhaus, 2000, Macro Economics, 17th Edition, New York: McGraw Hill Company, Inc. All Right Reserved.
Sugito,E., 2006, Pasar Modal sebagai preoritas pendanaan Perusahaan, Jakarta: PT. Bursa Efek Jakarta
Suparlan, B., 2000, Matematika Ekonomi (Makalah dalam Seminar Matematika Ekonomi). Malang: PPG IPS dan PMP.
Walter Nicholson, 2002. Mikro Ekonomi Intermediate Terjemahan IGN Bayu Mahendra, SE., M.M. Jakarta: Erlangga
Yogiyanto H, 2002. Teori Ekonomi Mikro Analisis Matematis. Yogyakarta. Andi.