Wednesday 26 December 2012

Psikologi


PRILAKU ORANG PADA MASA PUBERTAS

                Kata “Pubertas” berasal dari kata latin, yang berarti usia menjadi orang. Pada usia ini anak dipersiapkan untuk mampu menjadi individu yang dapat melaksanakan tugas biologis berupa melajutkan keturuanan atau berkembang biak. Dalam periode ini terdapat perubahan-perubahan yang bersifat biologis sehingga menunjang pelaksanaan tugasnya. Perubahan perubahan biologis berupa mulai bekerjanya organ-organ reproduktif, disertai pula perubahan-perubahan yang bersifat psikologis.
                Masa pubertas merupakan periode yang sangat singkat, karena dialami individu hanya dalam waktu 2 sampai 4 tahun. Drs Sisulowindarinimenyatakan, usia puber berlangsung pada usia 11/12 tahun sampai 15/16 tahun. Rentangan usia ini diambil mengingat ada individu yang cepat menunjukkan gejala puber dan ada yang lambat. Tetapi jarang ada individu yang terlalu cepat hingga sebelum 11 tahun dan jarang pula terlalu lambat memasuki masa puber hingga melampaui usia 16 tahun. Di samping waktu yang singkat pubertas juga disebut sebagai periode transisi, sebab pubertas berada dalam peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa remaja, disebut kanak-kanak tidak tepat, sementara ia belum dapat dikatakan remaja. Dikatakan tumpang tindih sebab beberapa ciri biologis psikologis kanak-kanak masih dimilikinya, sementara beberapa ciri remaja juga dimilikinya.
                Melihat keunikan masa pubertas tersebut, maka prilaku anak pada masa transisi ini akan unik pula. Adanya kecendrungan anak puber melepaskan diri dari inditifikasi-identifikasiyang lama. Anak mulai bersikap sangat kritis terhadap orang tuanya, terutama terhadap ibunya bagi anak gadis dan ayahnya bagi puber laki-laki. Anak puber tidak jarang melebih-lebihkan kemampuan diri sendiri. Bahkan sering berusaha keras untuk berbeda dengan orang tuanya sehingga timbul kompleks tingkah laku yang antagonis atau bertentangan. Di suatu pihak tibul perasaan sudah menjadi dewasa, lebih pandai, lebih tahu, merasa diri kuat, berani menentang, tidak patuh, dengan sengaja melanggar peraturan-disiplin-ketertiban, memprotes terhadap  peraturan-peraturan pendidikan, mengekspresikan tingkah laku yang agresif dan lain-lain. Di pihak lain masih masih terdapat ikatan ikatan-ikatan emosi yang infantil, bertingkah laku seperti  kanak-kanak, dipenuhi rasa cemas dan takut, rasa diri minder atau rendah diri, diliputi rasa bersalah dan berdosa, ragu-ragu dan tidak percaya diri, rasa ketergantungan pada orang tua kebutuhan untuk minta pertolongan, serta agresi yang meledak-ledak. Keadaan yang seperti ini sering mengakibatkan konflik-konflik batin yang serius dan kebingungan pada diri anak puber.  Apalagi dari pihak orang tua atau pendidik sering memperburuk keadaan dengan ucapan-ucapan kontradiktif yang dapat menambah kebingungan pada anak. Suatu saat orang tua memarahi anaknya  dengan ucapan : “Sudah besar masih juga berbuat seperti itu” Tetapi di lain waktuorang tua berkata lain : “Ah, kamu masih kecil jangan ikut-ikutan”, ucapan-ucapan orang tua seperti itu akan mempertajam konflik batin anak puber, yang dapat menimbulkan gangguan-gangguan psikis pada kepribadiannya.
                Karenanya, anak puber sering bersikap negatif yaitu kurang berhati-hati, gemar membicarakan orang lain, cepat tersinggung, mudah curiga dan sebagainya. Perasaan yang sangat menonjol pada anak puber adalah rasa sedih, yaitu ingin menangis dan marah meskipun penyebabnya remeh, memusuhi jenis kelamin lain, adanya rasa bosan terhadap permainan yang pernah disenangi. Perasaan lain yang nampak adalah keinginan untuk menyendiri dan senang melamun tentang dirinya. Perbuatan-perbuatan yang sering nampak selalu lelah, kadang-kadang prilakunya tidak sopan.
                Dari prilakupuber di atas merupakan sinyal-sinyal peringatan bagi para orang tua dan pendidik bahwa bagi anak didiknya akan datang masa remaja. Dengan melihat sinyal-sinyal dimaksud para pendidik dan orang tua akan mempersiapkan diri  menghadapi keremajaan para remaja dengan berbagai tantangannya. Tantangan mana memerlukan sikap dasar tertentu, yaitu pengertian, penerimaan dan pemahaman serta bersikap dengan teknik-teknik unik untuk menghadapi keunikan remaja. Kalau tidak demikian maka akan sering kita saksikan atau dengar perkelahian antar pelajar, seperti peristiwa Bedugul beberapa waktu yang lalu misalnya. (Agustus 1996).

No comments:

Post a Comment