PRILAKU ORANG PADA MASA
PUBERTAS
Kata
“Pubertas” berasal dari kata latin, yang berarti usia menjadi orang. Pada usia
ini anak dipersiapkan untuk mampu menjadi individu yang dapat melaksanakan
tugas biologis berupa melajutkan keturuanan atau berkembang biak. Dalam periode
ini terdapat perubahan-perubahan yang bersifat biologis sehingga menunjang
pelaksanaan tugasnya. Perubahan perubahan biologis berupa mulai bekerjanya
organ-organ reproduktif, disertai pula perubahan-perubahan yang bersifat
psikologis.
Masa
pubertas merupakan periode yang sangat singkat, karena dialami individu hanya
dalam waktu 2 sampai 4 tahun. Drs Sisulowindarinimenyatakan, usia puber
berlangsung pada usia 11/12 tahun sampai 15/16 tahun. Rentangan usia ini
diambil mengingat ada individu yang cepat menunjukkan gejala puber dan ada yang
lambat. Tetapi jarang ada individu yang terlalu cepat hingga sebelum 11 tahun
dan jarang pula terlalu lambat memasuki masa puber hingga melampaui usia 16
tahun. Di samping waktu yang singkat pubertas juga disebut sebagai periode transisi,
sebab pubertas berada dalam peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa
remaja, disebut kanak-kanak tidak tepat, sementara ia belum dapat dikatakan
remaja. Dikatakan tumpang tindih sebab beberapa ciri biologis psikologis
kanak-kanak masih dimilikinya, sementara beberapa ciri remaja juga dimilikinya.
Melihat
keunikan masa pubertas tersebut, maka prilaku anak pada masa transisi ini akan
unik pula. Adanya kecendrungan anak puber melepaskan diri dari
inditifikasi-identifikasiyang lama. Anak mulai bersikap sangat kritis terhadap
orang tuanya, terutama terhadap ibunya bagi anak gadis dan ayahnya bagi puber
laki-laki. Anak puber tidak jarang melebih-lebihkan kemampuan diri sendiri.
Bahkan sering berusaha keras untuk berbeda dengan orang tuanya sehingga timbul
kompleks tingkah laku yang antagonis atau bertentangan. Di suatu pihak tibul
perasaan sudah menjadi dewasa, lebih pandai, lebih tahu, merasa diri kuat,
berani menentang, tidak patuh, dengan sengaja melanggar
peraturan-disiplin-ketertiban, memprotes terhadap peraturan-peraturan pendidikan,
mengekspresikan tingkah laku yang agresif dan lain-lain. Di pihak lain masih
masih terdapat ikatan ikatan-ikatan emosi yang infantil, bertingkah laku
seperti kanak-kanak, dipenuhi rasa cemas
dan takut, rasa diri minder atau rendah diri, diliputi rasa bersalah dan
berdosa, ragu-ragu dan tidak percaya diri, rasa ketergantungan pada orang tua
kebutuhan untuk minta pertolongan, serta agresi yang meledak-ledak. Keadaan
yang seperti ini sering mengakibatkan konflik-konflik batin yang serius dan
kebingungan pada diri anak puber.
Apalagi dari pihak orang tua atau pendidik sering memperburuk keadaan
dengan ucapan-ucapan kontradiktif yang dapat menambah kebingungan pada anak.
Suatu saat orang tua memarahi anaknya
dengan ucapan : “Sudah besar masih juga berbuat seperti itu” Tetapi di
lain waktuorang tua berkata lain : “Ah, kamu masih kecil jangan ikut-ikutan”,
ucapan-ucapan orang tua seperti itu akan mempertajam konflik batin anak puber,
yang dapat menimbulkan gangguan-gangguan psikis pada kepribadiannya.
Karenanya,
anak puber sering bersikap negatif yaitu kurang berhati-hati, gemar
membicarakan orang lain, cepat tersinggung, mudah curiga dan sebagainya.
Perasaan yang sangat menonjol pada anak puber adalah rasa sedih, yaitu ingin
menangis dan marah meskipun penyebabnya remeh, memusuhi jenis kelamin lain,
adanya rasa bosan terhadap permainan yang pernah disenangi. Perasaan lain yang
nampak adalah keinginan untuk menyendiri dan senang melamun tentang dirinya.
Perbuatan-perbuatan yang sering nampak selalu lelah, kadang-kadang prilakunya
tidak sopan.
Dari
prilakupuber di atas merupakan sinyal-sinyal peringatan bagi para orang tua dan
pendidik bahwa bagi anak didiknya akan datang masa remaja. Dengan melihat
sinyal-sinyal dimaksud para pendidik dan orang tua akan mempersiapkan diri menghadapi keremajaan para remaja dengan
berbagai tantangannya. Tantangan mana memerlukan sikap dasar tertentu, yaitu
pengertian, penerimaan dan pemahaman serta bersikap dengan teknik-teknik unik
untuk menghadapi keunikan remaja. Kalau tidak demikian maka akan sering kita
saksikan atau dengar perkelahian antar pelajar, seperti peristiwa Bedugul
beberapa waktu yang lalu misalnya. (Agustus 1996).
No comments:
Post a Comment