Tuesday 25 December 2012

Dibuang Sayang

ASTA BRATA PEDOMAN SEORANG PEMIMPIN

 Dewasa ini nampak adanya kecendrungan masyarakat banyak yang beajar
tentang kepemimpinan (management) dari sumber-sumber negara barat, seperti
misalnya teori-teori manajemen dan leadership gaya Eropa ataupun Amerika. Disisi
lain tidak kalah baiknya teori-teori kepemimpinan yang bersunber dari sastra-sastra
Agama yang merupakan maha karya adi luhung nenek moyang kita. Dengan
demikian alangkah baiknya sebelum mempelajari kepemimpinan barat, pelajari dulu
teori kepemimpinan yang diwariskan nenek moyang kita sebagai landasan,
perbandingan maupun pelengkap. Maha karya yang dimaksug seperti misalnya Asta
Brata, Asta Dasa Pramiteng Prabu dan lain-lain yang telah banyak dikenal
masyarakat.
 Seorang pemimpin harus mempunyai pengetahuan dan kemampuan untuk
memimpin (kapabilitas) serta dapat diterima oleh yang dipimpin ataupun atasannya
(akseptabel).  Kemampuan disini dalam arti mampu memimpin, mampu
mengorbankan diri demi tujuan yang ingin dicapai, baik mengorbankan waktu,
tenaga, materi dan lain-lain. Dapat diterima dalam arti dapat dipercaya oleh anggota
masyarakatnya/bawahannya dan pejabat yang lebih di atasnya. Dengan demikian
bawahan/anggota akan memiliki loyalitas yang tinggi, patuh dan taat pada perintah
atasan serta rela berkorban dan bekerja keras mendukung atasan untuk mencapai
tujuan  yang telah ditetapkan, dalam ajaran agama disebut Satya Bela Bhakti Prabhu.
 Gambaran kepemimpinan seperti itu (pemimpin dan bawahan saling
membutuhkan) dengan tegas digambarkan dalam Niti Sastra Bab I sloka 10 dimana
kondisi seperti itu digambarkan laksana hubungan Singa dengan hutan sebagai
berikut :
 “ Singa adalah penjaga hutan. Hutan selalu melindungi singa. Singa dan
hutan harus selalu saling melindungi dan bekerjasama. Bila berselisih, hutan akan
hancur dirusak manusia, pohon-pohonnya akan habis ditebang sehingga hutan
menjadi gundul, hal ini membuat singa kehilangan tempat berembunyi, sehingga
singa mudah diburu dan diserang manusia”
 Menurut Pustaka Nita Sastra disebutkan ada beberapa kreteria yang harus
dipenuhi oleh seorang pemimpin antara lain :
 Abhikamika yaitu simpatik, berorientasi kebawah dan mengutamakan
kepentingan orang banyak dari pada kepentingan pribadi atau golongan. Prajna
artinga arif dan bijaksana dan menguasai IPTEK, agama dan dapat dijadikan panutan
bagi rakyatnya. Utsaha adalah berinisiatif, kreatif dan inovatif serta rela mengabdi
tanpa pamerih untuk kesejahteraan akyat. Atma Sampad artinya berintegritas tinggi,
moral yang luhur serta obyektif dan mempunyai wawasan yang jauh ke masa depan.
Sakya Samanta yaitu mampu menyuasai bawahan dan berani menindak secara adil
bagi yang bersalah. Aksudra Pari Sakta artinya mampu memadukan perbedaan
dengan permusyawaratan dan pandai berdiplomasi, menyerap aspirasi bawahan dan
rakyatnya.
 Disamping enam kreteria kepemimpinan Nita Sastra ada pula delapan sifat
seorang pemimpin yang disebut dengan Asra Brata.  Asta Bata memberikan ajaran
yang mudah dipahami, karena menggunakan alam ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
sebagai rujukan dalam melaksanakan tugas kepemimpinan. Dengan mendalami atau
menghayati sifat dan watak alam semesta, baik watak dan sifat bumi, samudra,
angin, akasa, matahari, bulan, api, dan bintang. Astra Brata ini dapat kita jumpai
dalam kisah itiasa baik dalam kisah Ramayana maupun Maha Bharata.
 Asta Brata artinya delapan ajaran utama tentang kepemimpinan, yang
merupakan petunjuk Sri Rama kepada Bharata (adiknya) yang akan dinobatkan
menjadi raja Ayodia. Asta Brata disimbulkan dengan sifat-sifat mulia dari alam
semesta yang patut dijadikan pedoman bagi setiap pemimpin yaitu :
 Indra Brata, seorang pemimpin hendaknya seperti hujan, senantiasa
mengusahakan kemakmuran bagi rakyatnya dan dalam setiap tindakannya membawa
kesejukan dan penuh wibawa. Yama Brata, pemimpin hendaknya meneladani sifatsifat
DewaYama,
yaitu berani menegakkan keadilan menurut hokum atau peraturan
yang berlaku demi mengayomi masyarakat. Surya Brata, pemimpin hendaknya
memiliki sifat-sifat seperti matahari (surya) yang mampu memberikan semangat dan
kekuatan pada kehidupan yang penuh dinamika dan sebagai sumber energi. Candra
Brata, pemimpin hendaknya memiliki sifat-sifat seperti bulan yang mempu
memberikan penerangan bagi rakyatnya yang berada dalam kegelapan/kebodohan
dengan menampilkan wajah penuh kesejukan dan simpati sehingga masyarakat
merasa tentram dan hidup nyaman. Vhayu Brata (maruta), pemimpin hendaknya
ibarat angin, senantiasa berada di tengah-tengah masyarakatnya, memberikan
kesegaran dan selalu turun ke bawah untuk mengenal denyut kehidupan masyarakat
yang dipimpinnya. Bhumi (Danada), pemimpin hendaknya memiliki sifat-sifat
utama dari bumi yaitu teguh, menjadi landasan berpijak dan memberi segala yang
dimiliki untuk kesejahteraan masyarakatnya. Varuna Brata, pemimpin hendaknya
bersifat seperti samudra yaitu memiliki wawasan yang luas, mampu mengatasi setiap
gejolak dengan baik, penuh kearifan dan kebijaksanaan. Agni Brata, pemimpin
hendaknya memiliki sifat-sifat api yaitu mendorong masyarakat untuk berpartisipasi
dalam pembangunan, tetap teguh dan tegak dalam prinsip dan
menindak/menghanguskan yang bersalah tanpa pilih kasih.
 Sebuah Sastra yang digubah dalam bentuk kekawin yaitu KekawinRamayana
Bab I Sloka 3 menyebutkan :
 “Gunamanta Sang Dasarata, weruh sira ring Weda, Bhakti ring Dewa, tan
marlupeng pitra puja, masih ta sireng swagotra kabeh” yang maksudnya bahwa Raja
Dasarata adalah seorang pemimpin yang memahami pengetahuan suci Weda, taat
beragama, bhakti kepada Tuhan dan tidak melupakan leluhur serta adil dan
mengasihi seluruh rakyatnya. Raja Dasarata yang berputra Sri Rama ini adalah
seorang pemimpin yang patut dijadikan panutan oleh para pemimpin masa kini
mupun calon pemimpin yang akan mnjadi pemimpin bangsa kelak.( I Nengah
Margiana)

No comments:

Post a Comment