Wednesday 26 December 2012

Masa Kritis Remaja Awal


MASA KRITIS REMAJA AWAL
               
Manakala usia seseorang telah genap  12/13 tahun, maka ia telah mulai menginjak kehidupan yang disebut masa remaja awal. Dr Winarno surachmad menyatakan,  masa remaja (adolescence) berada pada usia 12 – 22 tahun. Selanjutnya masa remaja ini diuraikan menjadi masa remaja awal ( early adolescence) usia 12 – 17 tahun, dan masa remaja akhir  (late adolescence) pada usia 17 – 22 tahun. Masa remaja awal  yang berlangsung pada usia 12 – 17 tahun ini sering disitilahkan dengan “ teenagers” (anak usia belasan tahun).
Dikatakan kritis sebab dlam masa ini remaja akan dihadapkan dengan persoalan apakah ia dapat menghadapi  dan memecahkan masalahnya atau tidak. Jika ia dapat menghadapi masalhnya dengan baik maka akan menjadi modal dasar dalam menghadapi masalah-masalah selanjutnya, sampai ia dewasa. Jika tidak mampu menghadapi masalahnya dalam masa ini, akan menjadikan dirinya orang dewasa yang tergantung pada orang lain.
Ketika seseorang memasuki masa remaja awal, ia akan mengalami badai atau dalam kehidupan perasaan dan emosinya. Tidak jarang kita lihat sikap dan sifat remaja yang sesekali bergairah dalam bekerja, tiba-tiba bergnti lesu. Rsa yakin berganti ragu-ragu yang berlebihan. Sulit menentukan cita-cita. Kelanjutan pendidikan dan lapangan kerja tidak dapat direncanakan. Keberadaan seorang pembimbing sangat diperlukan pada usia ini untuk memberikan bimbingan karier yang sesuai dengan kemampuan si remaja. Dalam hal persahabatan dan cinta, remaja awal masih tidak konskuen. Sering persahabatan bertukar menjadi senang. Ketertarikan pada lawan jenis  suka meloncat-loncat seperti monyet, sehingga cinta remaja awal sering disebut cinta monyet.
Perkembangan biologis masa remaja awal menyebabkan timbulnya perubahan-perubahan tertentu, baik bersifat kualitatif maupun kualitatif, baik bersifat fisiologis maupun psikologis. Oleh perkembangan baru ini kemampuan mental atau kemampuan berfikir remaja awal juga mulai sempurna. Pada masa ini kemampuan anak untuk mengambil kesimpulan dari informasi abstrak mulai sempurna. Akibatnya si remaja awal suka menolak hal-hal yang tidak masuk akal.
Penentangan pendapat sering terjadi dengan orang tua, guru, atau orang dewasa lainnya, jika mereka (remaja) mendapat pemaksaan  menerima pendapat tanpa alasan rasional. Tetapi dengan alasan yang masuk akal, remaja juga cendrung mengikuti pemikiran orang dewasa.
Oleh karena itu adalah sangat tidak bijaksana jika seorang guru dalam menerapkan pendidikn pada usia ini memaksakan suatu konsep tanpa alasan rasional. Guru atau orang tua harus dapat menerima dan mamahami pndapat mereka. Sedapat mungkin tidak mengadakan penolakan terlalu tajam terhadap konsep yang diajukan remaja. Jika konsep yag diajukan tidak tepat, maka penolakan dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat diterima secara rasional oleh remaja awal. Kata-kata: “  Pendapat kamu salah” sedapat mungkin tidak terlontar dalam diskusi dengan remaja. Sebaiknya menggunakan kalimat : “ Pendapat Anda baik, hanya dalam persoalan ini akan lebih baik jika .........”. Dengan demikian keberadaan remaja beserta konsep-konsepnya merasa diterima oleh lingkungannya.
Karena kemampuan berfikir remaja awal lebih dikuasai emosionalnya, mereka menjadi kurang mampu mengadakan konsensus dengan pendapat orang lain. Akibatnya timbul masalah pertentangan sosial, yaitu remaja awal menolak tiap bantuan orang tua atau orang dewasa lainnya dalam memecahkan masalahnya.
Jika masalah penentangan sosial antara remaja awal dengan orang tua atau orang dewasa makin tajam, maka timbullah jurang  pemisah yang makin dalam. Akibatnya remaja akan lari dari lingkungan keluarga khususnya orang tua dan mencari jati diri pada lingkungan lain yang tentu lebih sulit untuk dideteksi perkembangannya.
Untuk menghindari masalah yang makin kritis pada remaja awal, maka pada usia ini sangat dibutuhkan adanya pendidik dan atau orang tuay ang berkepribadian sederhana dan jujur. Tidak terlalu banyak menuntut pada anak didiknya, dan membiarkan anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan irama perkembangan dan kodratnya. Yang penting pada usia ini ialah membiarkan remaja menghayati pengalaman-pengalamannya sendiri. Dengan demikian remaja ( si remaja awal ) mampu menemukan sikap dan tujuan hidupnya sendiri. Orang tua hanya bersikap Tut Wuri Handayani. ( Agustus 1996)

No comments:

Post a Comment